TELAAHKRITIS SISTEM SOSIAL ISLAM - Ilmu Pemerintahan Dalam Perspektif Islam padi keladang guru ngaji, orang lagi sakit tak sempat untuk keladang lagi, sedang yang lain ladangnya sudah dituai akan takut dimakan pipit (jenis burung) maka disama-samakan secara gotong royong menuai padi itu, bersama-sama kelaut mencari ikan,
benihpadi dengan genggaman diperbolehkan dalam Hukum Islam. Selain itu jual beli benih padi dengan genggaman sudah menjadi kebiasaan masyarkat setempat, setelah penulis melakukan penelitian, kebiasaan atau āUrf tersebut merupakan āUrf yang į¹£aįø„iįø„ yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat dijadikan sebagai dasar hukum.
IlmuPadi Entri Populer. Pada laporannya, seperti dikutip dari i09, 9 Desember 2010 peneliti memberi contoh mengubah kata "iGEM" ke dalam kode yang siap disimpan dalam DNA. Tag: elektro, islam, teknologi, robotika. Sebelumnya: Kontroversi Tahlilan Selanjutnya :
Oleh Muhammad Taufik. Filsafat adalah sebuah ilmu yang mencari makna dibalik makna, tidak hanya sekedar mencari makna yang tersurat, tapi lebih dari itu berusaha mencari makna yang tersirat. Semua itu berorientasi pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara indra dan pengalaman (empirik), dan dapat dibuktikan dengan
Vay Tiį»n Nhanh Chį» Cįŗ§n Cmnd Nợ Xįŗ„u. Pada artikel kali ini kami akan mengulas tentang Cara Memanen Padi Menurut Islam Islamisasi Ritual Metika dan doa memanen padi. Islamisasi Ritual Metik Cara memanen padi menurut islam Ritual metik telah mengalami transformasi. Awalnya, ritual metik dilaksanakan murni sesuai ajaran nenek moyang. Ritual ini dilaksanakan di sawah menjelang panen tiba. Pasca-kedatangan Islam, sebagian besar praktik ritual metik mulai tampil dengan gaya ritual baru. Ritual metik hanya diadakan menjelang panen padi dan tidak untuk tanaman yang lain. Karena bagi orang Jawa, tanaman ini yang memiliki keistimewaan. Keistimewaan yang dimiliki padi adalah masyarakat mengenalnya sebagai salah satu sumber pangan utama bagi mereka. Bahkan, hal ini diperkuat lagi dengan adanya legenda-legenda padi yang sampai hari ini dipercayai oleh masyarakat. Legenda ini salah satunya berkisah tentang Trisnawati dan Jaka Sudana. Trisnawati, seorang putri Bhatara Guru, raja para dewa, jatuh cinta kepada Jaka Sudana yang hanya seorang manusia biasa. Dalam kemarahannya, ayahnya mengutuknya menjadi butiran padi. Karena kasihan melihat Jaka Sudana sedih melihat istrinya yang berubah menjadi padi, ia juga mengubah Jaka Sudana menjadi butiran padi. Dengan adanya legenda ini, masyarakat Jawa melakukan ritual metik sebagai wujud penghormatan terhadap mereka. Petungan Tidak hanya itu, ada banyak hal unik dari tradisi ini. Terdapat rangkaian tahapan yang panjang sebelum ritual metik ini dilakukan. Satu di antara tahap tersebut adalah petungan. Ulasan mengenai petungan akan saya sampaikan pada opini selanjutnya. Tahapan ini dimulai ketika mendekati musim tanam padi. Petani mencari sesepuh yang memiliki kemampuan petungan atau penghitungan untuk memilih hari yang tepat guna memulai mempersiapkan tanah yang akan ditanami. Pada hari yang sama, ada slametan kecil di rumah petani. Setelah tanah siap, bibit padi disebar dan menunggu beberapa hari untuk dipindah dan ditanam. Setelah beberapa minggu masa tanam, padi akan mengalami masa hamil dan merunduk karena berisi. Pada momen itu juga diadakan slametan kecil atau dikenal dengan istilah tingkeban. Di antara semua rangkaian proses itu, yang dianggap paling penting oleh masyarakat petani di pedesaan adalah ritual metik. Ritual ini menjadi ritual puncak upacara tanam. Ritual metik dilaksanakan dengan kenduri oleh pemilik tanah dan langsung dilakukan di sawah. Pemilik sawah membawa makanan dan dibagikan kepada siapapun yang berkenan datang dan mengikuti ritual tersebut. Selanjutnya, ritual dibarengi dengan memotong beberapa tangkai padi oleh tukang metik. Pada hari metik itu seorang tukang metik yang biasanya ditemani oleh pemilik sawah dan tamu- tamu pemilik sawah mengitari sawah beberapa kali, membakar kemenyan dan merapalkan mantra-mantra untuk memohon berkah dari Tisnawati Mbok Sri dan Jaka Sudana. Pemotongan tangkai padi oleh tukang metik disesuaikan dengan petungan yang telah dilakukan pada saat mempersiapakan lahan untuk pertama kalinya. Selanjutnya beberapa tangkai padi yang telah dipotong diletakkan di salah satu sudut rumah pemilik sawah. Larangan Dalam Islamisasi Ritual Metik Dalam kepercayaan masyarakat, terdapat larangan untuk tidak membuang ataupun mengambil ikatan padi tersebut hingga musim panen berikutnya tiba. Adanya larangan untuk tidak mengambil ataupun membuang ikatan padi itu adalah sebagai penghormatan kepada sosok Trisnawati Mbok Sri dengan Jaka Sudana. Berdasarkan penuturan dari sesepuh di desa tempat saya tinggal, makna utama diadakannya ritual metik ini adalah sempulur. Sempulur merupakan istilah pengharapan dari petani agar dapat merasakan panen yang sama di musim yang akan datang. Dengan melakukan ritual tersebut, mereka berusaha meminimalisir segala ketidakpastian yang bisa saja terjadi. Petani memang menyatukan dirinya dan menggantungkan seluruh hidupnya pada alam. Tradisi metik ini hanya dilakukan oleh petani tradisional, yang masih memegang kuat ajaran nenek moyang. Masyarakat masih menjalankan ritual ini secara murni. Ketika terjadi proses Islamisasi di tanah Jawa pada abad ke 14, ritual metik mulai diakulturasikan dengan ajaran Islam. Islamisasi ini dalam perkembangannya merubah tradisi metik yang dihelat oleh petani. Ritual metik dulunya merupakan slametan langsung di sawah menggunakan mantra-mantra khas Jawa sebagai unsur utama. Namun setelah adanya Islamisasi, ritual metik mengalami pelebaran makna. Ritual metik ini digambarkan sebagai cara mereka berzikir kepada Tuhan yang memberi penghidupan. Selain itu juga terjadi pergeseran itu tergambar dari mantra-mantra yang dirapalkan. Mantra-mantra yang dirapalkan mulai diwarnai dengan doāa-doāa berbahasa arab seperti doāa sapu jagad yang selalu dibaca sebagai doāa utama dalam ritual metik. Waktu Pelaksanaan Islamisasi Ritual Metik Dari segi pelaksanaanya, perubahan itu dapat dilihat dari ritualnya yang berada di rumah petani dan tidak terlihat lagi perayaannya di sawah. Hal ini masih sering dilakukan oleh warga desa sekitar tempat saya tinggal. Waktu pelaksanaan dan nama ritual metik mengalami pergantian. Ritual metik yang dulu dilakukan menjelang panen raya, saat ini setelah panen usai. Metik saat ini dilaksanakan usai panen tiba karena mereka menyesuaikan tradisi yang telah dianut dengan ajaran Islam. Sehingga, pelaksanaan ritual itu di samping untuk menjaga tradisi nenek moyang, persembahan kepada alam, juga untuk bersedekah terhadap sesama sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Nama ritualnya pun berubah menjadi nganyari pari. Bentuk baru dari ritual metik menunjukkan bahwa orang Jawa memiliki keluhuran yang sangat tinggi. Keluhuran tersebut telihat dari cara mereka yang mampu menerima ajaran baru tanpa meninggalkan tradisi lama. Doa Memanen Padi Sebagai ummat Islam yang beriman, layaknya setiap kita akan melakukan pekerjaan apapun hendaknya di dahului dengan berdoa. Selain bertujuan semoga pekerjaan yang kita lakukan berhasil, namun berdoa juga bermanfaat untuk keselamatan bagi diri kita dan orang lain, dan tidak ketinggalan juga semoga pekerjaannya barokah. Dalam dunia Islam setiap pekerjaan atau tindakan apapun pasti ada Doāanya, sedangkan di dalam ilmu Jawa, Doāa apapun juga pasti ada. Dalam istilah jawa pun terdapat 1 istilah yang diberi nama Metil, metil secara umum mempunyai makna memetik sebagian padi di sawah, kemudian dengan di lengkapi berbagai macam bahan yag telah disediakan, meliputi Dekem ayam, kemenyan, sego golong. Hal itu dilakukan sebagai wujud sukur kepada sang pencipta akan hasil tanam yang di peroleh. Dalam kesempatan kali iini saya akan membagikan artikel terkait Doāa yang henda di baca ketika akan memanen padi yang telah kita tanam dan memasuki tahab memanen. Berikut ini Doāanya Para petani disaat menanam tanamannya pastinya menginginkan kelak tanamannya tersebut akan tumbuh dengan subur, serta dapat panen dengan sangat melimpah ruah. Sehingga petani terrsebut bisa mendapatkan hasil yang maksimal serta terhindar dari kerugian. Dan tentunya sebagai petani muslim Hendaknya petani memohon kepada Allah Subhanallahu Wa Taala semoga rezeki yang di dapat menjadi berkah, baik rezeki yang dari hasil panen di sektor pertanian maupun rezeki dari usaha lainnya Itulah artikel tentang Cara Memanen Padi Menurut Islam Islamisasi Ritual Metik. Sekian dari kami dan Terima kasih
MUNGKIN sudah lama tanaman padi menjadi contoh klasik yang selalu diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya atau guru terhadap muridnya. Karena memang padi adalah tanaman yang banyak mengandung pelajaran. Dan jika diperhatikan lebih dalam, sejatinya dari padi kita bisa mendapatkan tiga filosofi yang bisa kita renungkan dan kita ambil pelajaran. Baiklah, inilah tiga filosofi padi; Semakin berisi semakin merunduk Merunduknya padi bisa kita analogikan sebagai sikap kepasrahan diri kepada Allah swt. Ketika dia mendapat kenikmatan maka dia akan bersyukur dan menyadari bahwa itu semua adalah keutamaan yang datang dari Allah swt. Sebaliknya, ketika dia ditimpa masalah dia akan pasrah dan tawakal. Bahwa semua kejadian berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Semua itu disikapi dengan rendah hati tanpa ada sikap sombong dan merendahkan orang lain. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati menunjukan sikap tawadhu, sementara rendah diri bersifat negatif yang menunjukan kelemahan diri seseorang. Sosok rendah hati tidak akan mau diinjak-injak harga dirinya oleh orang lain, meski dia sendiri akan selalu menghormati siapa pun. Ia akan selalu bereaksi positif terhadap orang yang menginjak-injaknya tanpa sekalipun merendahkannya. Namun orang yang rendah diri ia tidak akan bisa bangkit dan terus terpuruk ketika diinjak-injak oleh orang lain Allah berfirman di dalam Quran surat Al-furqon ayat yang ke-63 āDan hamba-hamba Rabb yang maha penyayang itu ialah orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.ā Memberi manfaat kepada sesama Padi adalah makanan bahan makanan pokok yang dikonsumsi orang setelah diolah menjadi beragam jenis makanan, seperti nasi, bubur, lontong, ketupat dan lain sebagainya. Padi merupakan tanaman yang mengenyangkan orang lapar dan memberi tenaga untuk bisa beraktifitas. Begitulah sifat padi yang semestinya ditiru oleh kita. Seperti padi, hendaknya kita menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang. Ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Pintar beradaptasi Tanaman padi bisa hidup di mana saja. Padi bisa hidup di sawah, ladang, rawa atau bahkan perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah tentu saja padi tumbuh dengan baik karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang dan bebukitan, mau tidak mau padi harus beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, padi bisa ditanam saat pada musim hujan saja, itu pun tidak selalu mendapatkan air yang tergenang. Ada juga jenis padi rawa atau padi pasang surut yang tumbuh liar atau dibudidayakan di rawa-rawa. Mampu membentuk batang yang panjang sehingga bisa mengikuti perubahan kedalaman air yang sangat ekstrim. Intinya, tanaman padi mengajarkan kita untuk bisa beradaptasi dimana saja kita berada, terlebih kita adalah makhluk berakal yang tentunya bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkungan di sekitar kita. Padi mengajarkan kepada kita untuk mampu menahan gempuran cobaan. Tahan banting meski ditempatkan pada tempat yang tidak mengenakan sekalipun. Belajarlah dari padi yang membuat damai hati orang lain, terutama para petani. Dirinya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya karena memiliki ketawadhuan, rajin memberikan manfaat kepada orang lain dan mampu beradaptasi dalam kondisi apa pun. [] Kirim OPINI Anda lewat imel ke [email protected], paling banyak dua 2 halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.
PASIRPENGARAIAN ā Saya tegaskan āAdat bangsa Melayu hanya dapat tegak dengan sebab adanya orang-orang yang masih mengekalkan berladang padiā. Sendi-sendi adat ada terhimpun pada kerja bertanam padi itu. Bangsa Melayu bangsa beradat dan bersyariat, bukan adat semata-mata. Berhati-hatilah bila kita bersinggungan dengan adat, apalagi melangkahi syariat hukum Allah. Bila dikatakan orang bahwa berladang padi bukan bagian adat Melayu di Sungai Rokan, orang itu tidak berhak berbicara karena dia sama sekali tidak tahu. Bila tuan berkesempatan keluar dari pintu rumah, maka jejakkan telapak kaki tuan tanpa alas ke atas paras tanah bumi Melayu, lalu angkat kaki tuan sebelah. Jika terdengar oleh tuan dan puan, dulu debu tanah itu berkata āini tanah bumi Melayu, tanah mulia anugerah Allahā, maka silahkan tersenyumlah, bahwa senyatanya tuan InsyaAllah beroleh selamat dunia akhirat. Itulah bumi yang telah memberi insan makan dari tumbuhnya padi dan berladang padi yang dikekalkan ribuan tahun. Berladang padi harus menurut aturan sepanjang adat. Saya akan tunjukkan beberapa buku dan ruas pemaparan, dan harus dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kita yang mengaku berbangsa Melayu, beradat Melayu dan beragama Islam. Atau kepada siapa saja, tanpa terkecuali suku dan bangsanya, yang hidup dan bernaung di Alam Bumi Melayu ini wajib tahu jua adanya. Tak pilih apakah dia jelata rakyat atau penghulu pemimpin dan pandita ulama. 1. āBoladang padi, dari ikuo taun kopalo taunā berladang padi sejak dari ekor tahun kepala tahun; bersambung-sambung setiap tahun. Apa maknanya?; bahwa berhentilah meniru ucapan kolonial yang mengatakan Melayu bangsa pemalas. Menebang rimba gana dengan peralatan sederhana bukan mesin dan memelihara ladang padi hingga menuai selama enam bulan penuh. Enam bulan selanjutnya pula berparak berkebun segala macam jenis tanaman. Baik berladang maupun berkebun tiada pernah menimbulkan kerusakan apapun karena ianya diatur oleh adat dan syariāat! Komparasikan oleh tuan dengan cara pertanian dan perkebunan kontemporer. Adakah mempertimbangkan azas adat dan syariāat? 2. Tapak lapan orang Melayu adalah āberladang padiā. Maknanya; tapak lapan bangsa Melayu bukan niaga, bukan makan gaji, bukan membangun perkebunan besar-besaran, bukan menjulangkan gedung tinggi-tinggi, bukan duduk di jabatan pemerintahan, bahkan sama sekali bukan dengan cara menjajah dll. Makna tapak lapan adalah; mata kerja pilihan utama yang tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan. Dibenarkan melakukan pilihan aktifitas lain, namun tapak lapan harus tetap ditunggui. Berladang padi adalah pokok pangkal aktifitas kebudayaan Melayu yang paling bersahaja dan mengusung tabiāat yang bersih. Mengapa tapak lapan Melayu ini sekarang dilarang? 3. Jatuhlah musim berladang pada Zulkaāidah dengan Zulhijjah. Apa hakikatnya? Bulan Zulkaāidah dan Zulhijjah masuk dalam tiga urutan bulan-bulan haram dalam Islam, dimulai dengan Muharram. Bulan suci lagi penuh kemuliaan di dalamnya. Amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Di dalamnya ada larangan berperang tidak boleh berselisih faham apalagi melakukan tindakan zholim aniaya, baik kepada sesama manusia maupun hewan dan tumbuhan segala makhluk Allah. Keutamaan lainnya adalah bahwa Allah berjanji bersua dengan Musa AS pada bulan Zulkaāidah hingga masuk sepuluh malam dalam bulan Zulhijjah. Bulan Zulhijjah adalah bulan haram dan bulan suci dalam urutan ketiga selain Rajab yang dimaklumi oleh segenap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dalam bulan ini tiada boleh memaki hamun, mencerca mencela, berbuat fasik, atau bersitegang urat leher. Maka, orang-orang Melayu mulai membuat mufakat untuk membuka ladangnya dengan menurut aturan sepanjang adat pada Zulkaāidah dan atau Zulhijjah!Adapun makna Zulkaāidah adalah āpenghulu gencatan senjataā dalam arti lain adalah āpenghulu perdamaianā lord and master of peace. Jika kita berkehendak membuat symbol of Malay justice and peace seharusnya adalah memakai ikon benih padi, bukan lady of justice yang bertutup mata seolah tak perlu tahu menahu menggenggam pedang perang beserta neraca timbangan niaga. 4. āBukan kayo dek omeh dan perak, kayo dek boreh padiā bukan kaya karena emas dan perak, tapi kaya beras padi. Apa iātibarnya? Sekaya-kaya orang sebab niaga dan perkebunan atau pertambangan, tiada semulia kaya sebab melimpah beras dan padi. 5. Disebut negeri sentausa karena āanak buah kembang, padi menjadiā. Maksudnya? Bangsa Melayu sentausa dan dirahmati Allah sebab diadakannya ājasa beras padiā, tanggungan nasi yang menumbuhkan dan memelihara insan. Makanan dari bumi dan sebab curah hujan dari langit. āMakan petaniā adalah istilah kebudayaan yang teramat sangat mulia. Sebab āmakan petaniā ini pula maka dalam bangsa Melayu lahir para wali-wali Allah, para tuan syaikh, tuan-tuan guru, mursyid-mursyid, akuan-akuan, orang-orang keramat, orang-orang sholeh, raja-raja adil, bangsawan bermartabat, datuk dan ninik mamak yang penyayang kepada seluruh anak kemenakannya, serta melahirkan bangsa yang lembut lagi rendah hati. Itulah maka Melayu disebut bangsa yang dipenuhi oleh rahmat Allah. 6. āNak boladang, tuntuik elemu padiā hendak berladang, tuntutlah ilmu padi. Maknanya? Berladang padi bukanlah pertanian tanpa aturan dan ilmu asal usul cocok tanam. Tidak seperti menanam kelapa sawit yang boleh dilakukan di segala musim bahkan mengusung nafsu bertanam pribadi. Berladang padi ibarat ibadah yang sudah ditetapkan Allah waktu-waktunya. Di dalamnya ada sikap hidup saling bertolong gega jopuik porari. 7. Berladang padi disebut ātunang harapanā. Artinya; sejak dahulu bangsa Melayu telah memahami urusan ketahanan pangan. Segala harapan hajat hidup teramat sangat bergantung pada sumber makanan pokok ini. Tiada tergantikan oleh sagu rumbia, ubi dan keledek, atau jagung sekalipun. Adapun hari ini, bangsa Melayu menjadi lemah sebab tiada lagi bergantung pada azas dasar padi, melainkan pada pola perkebunan atas tuntutan industri dan project kapitalis. Alhasil, hancur lebur punah ranah hakikat dan makrifat adat sejati sebab berlebih memandang uang dan harta benda. Hajat dan harap di padi beralih menjadi harap uang dan kemuliaan sebab harta benda. Jelata Melayu hari ini masuk terpuruk dalam perangkap tradisi berhutang hanya demi sekadar memenuhi hajat hidup keseharian. Hutang sana hutang sini, gali lobang tutup lobang,bon dari kedai ke kedai, pinjam dari kawan satu ke kawan lain, harap dibantu pada kaum kerabat atau ke orang lain. 8. Bahkan raja-raja Melayu juga berladang padi. Ini adalah sejarah emas besar bangsa Melayu di Sungai Rokan. Sebab bertani itu maka seorang raja berdaulat memiliki rasa belas kasih pada rakyatnya, dan inilah yang disebut raja adil. Kehancuran peradaban Melayu mulai rusak sejak kolonial Eropa mencucuk hidung para raja, bangsawan, datuk-datuk serta orang-orang besar dengan janji dan gaji dinilai dirham dinar atau dolar benggol fulusisme. Atau hari ini sebab janji-janji semu sebelit pinggang dan selangkang kita, yang kain bongkong barutnya bergelar ākontestasi politik praktisā. 9. Orang Melayu berladang luas, disebut banjar ladang. Setiap banjar berpengetuan yang disebut penghulu banjar. Tahukah tuan bahwa perkampungan-perkampungan Melayu bahkan tapak kerajaan-kerajaan Melayu di Sungai Rokan berdiri dari bekas tanah peladangan. Maka sebab itu pranata sosial di banjar ladang sama seperti di korong kampong dan negeri-negeri jua, sebab ada bertegak pongulu penghulu, imam, kotik khotib, bila bilal, datu dan bidan. 10. Berladang padi bukan hanya soal tradisi warisan, melainkan ada perintah Allah pada orang Melayu, sekaligus dimaksudkan untuk mendukung tetap tegaknya azas adat yang bermartabat. Aturan adat ada yang lahirnya sebab disusun dari sejarah asal usul padi. Sebab itu, teramat pandirlah kita atau siapapun yang menyangka bahwa padi tidak memberi sumbangan kisah apa-apa dalam sejarah panjang adat Melayu. Berladang padi adalah nilai harga martabat yang tidak boleh digantikan dengan nilai harga yang diusung siang malam oleh masyarakat urban. 11. Tegak kepuk besar, ada harapan orang sekampung tak lapar. Terbantu tertolong orang yang solang monyolang pinjam meminjam. Amalan paling besar dalam muaāamalah humanisme adalah soal memberi makan thoāam, bukan berbagi-bagi sebaran amplop berisi uang. Makna amal shodaqoh yang utama āmemberi nafkah pada keluargaā adalah; memenuhi hajat makan minum keluarganya, bukan memberi shodaqoh uang untuk memenuhi hasrat nafsu kontemporer mutakhir. Hanya saja, kita senang terlena dan rela tersesat sebab memahami adat Melayu menggunakan perspektif akademik etik, bukan melalui akar asal usul adat dan penjelasannya yang asli emik. Saya tidak hendak berpanjang lebar membuat ulas demi ulasan mengenai persoalan dan fenomena ragam insiden cobaan yang kita terima hari ini. Juga tidak terlalu berhasrat membahas penegakan hukum yang timpang dalam berbagai lapisan masyarakat kita. Akan tetapi, 11 poin dengan penjelasan ringkas tersebut setidaknya boleh menggetarkan sudut kalbu tuan-tuan pemegang jabatan atau gelar pangkat di Sungai Rokan ini. Berbuat baiklah senantiasa dan āpakai nuraniā serta āneraca adilā dan āpandangan yang tak berpalingā dalam setiap tindakan pengambilan keputusan. Demikian juga pada kita bangsa Melayu hendaklah kembali ke pangkal jalan dan mengkaji usut terakah asal usul martabat bangsa Melayu. Yang saya khawatirkan hanyalah bala musibah dan bencana menimpa setiap diri, keluarga, anak cucu, dan bangsa Melayu. Sebab kita menyia-nyiakan banyak hal dan perkara manfaat kebaikan. Demikian juga kekhawatiran pada orang-orang yang tiada menghargai dan tidak pernah mau memahami martabat Melayu, pasti jua akan menerima celaka yang sama pada saatnya. Cepat maupun lambat. Tingal menunggu padahnya. Khusus untuk menutup uraian yang serba singkat ini, saya ingin menyampaikan satu kisah cerita yang mustahak, yakni soal ābencana asapā. Bahwasanya; āsejak zaman dahulu hingga tahun 1990-an, tiada pernah ada berita bencana asap dan kebakaran hutan hebat. Itu sebab dituruti dan dipatuhinya konsep ilmu padi atau ilmu berladang. Turun sejarah larangan pemerintah sebab disinyalir adanya efek dari proses membakar dan memerun. Tinggallah satu dua keluarga yang berladang demi mengelakkan āmati sengsaraā sebab tak dapat makan. Sejak 1990-an hingga sekarang ada juga orang berladang padi dengan cara membakar robo reba; tebangan dengan izin sepengetahuan pihak penegak hukum, atau mereka yang sembunyi-sembunyi membakar perun-perun atau dengan cara membakar posoman perun kecil, juga orang-orang yang berselindung dibalik bayangan orang-orang bagaknya. Akan tetapi, dalam rentang masa tradisi berladang yang kini hampir tiada, malah kebakaran dan bencana asap melandaā. Silahkan renungi dan muhasabahlah wahai kita dan para pemikul tanggungjawab umat ini, siapakah penyebab bencana? Atau katakanlah bahwa āAllah tengah menguji menasihati kita Melayu, agar kembali ke pangkal jalanā. Beberapa hari yang lalu, salah seorang perempuan peladang berkata di hadapan batang hidung saya, āSUNGGUH KEJAM DAN KEJINYA SEKARANG INI!ā. Akhirnya tiada patut saya hanya berbuih kata-kata tanpa solusi. āKita mufakatkan kembali, langkah-langkah dan kebijakan demi meraih kebajikan. Mulai dari pejabat pemerintahan, kaum adat, dan penegak hukum, beserta rakyat Melayu di Sungai Rokan, menetapkan keputusan bersama dan merumuskan aturan yang tiada berat menimpa āadat anak bumi Melayu Sungai Rokanā. Ditulis oleh Junaidi-Syam, Tokoh Budayawan Rohul Pasirpengarayan, 2020
ilmu padi dalam islam